Kisah Dewa Ruci (Bahasa Indonesia)


Assalamualaikum wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Disini saya akan menceritakan atau mentranslate cerita wayang purwa yaitu Dewa Ruci ke dalam bahasa indonesia yang biasanya muncul pada materi Bahasa Jawa KELAS X.
 Dewa Ruci
Hasil gambar untuk dewaruci wayang
Berdirilah kerajaan Astina. Pagi hari yang indah terdapat kebisingan di dalam kraton. Prabu Dhestarasta, bersama anaknya Duryudana, dan patih Negara Astiana, Patih Sengkuni, dan Pandhita Kerpa. Mereka sedang berdiskusi tentang pemerintahan Astina selanjutnya, kepada Kurawa atau kepada Pendawa. Duryudana mendengar hal tersebut, memaksa ayahnya Raja Astina Prabu Destarasta untuk melantiknya menjadi raja di Astina. Patih Sengkuni juga turut andil dalam membujuk Prabu Destarasta supaya kerajaan tetap menjadi milik Kurawa, sebab jika kerajaan dikembalikan ke Pendawa, bagaimana nasib para kurawa nanti. Karena takut Astina direbut oleh pendawa, maka salah satunya cara adalah mengurangi kekuatan dari Pendawa yaitu Bratasena. Dengan menyingkirkan Bratasena Pendawa akan lemah.
Di taman Astina Dewi Gendari ibu dari Duryudana menanyakan tentang penobatan anaknya Raden Duryudana kepada suaminya Prabu Destarasta. Sang prabu sudah merencanakanya, ia berniat untuk melemahkan pandawa, dengan menyingkirkan Bratasena.
Patih Sengkuni memerintahkan kepada Duryudana untuk meminta bantuan kepadaa Guru Durna supaya membantu menyingkirkan Bratasena dengan mengerahkan bala Kurawa jika hasutan Durna gagal untuk membunuh Bratasena. Mereka semua berangkat ke Sokalima.
Hasil gambar untuk bratasenaSesampainya di Sokalima Patih Sengkuni lan Duryudana meminta bantuan untuk menyingkirkan Bratasena kepada Durna. Awalnya ia keberatan, karena tidaklah mungkin guru membunuh muridnya, tetapi karena hasutan Sangkuni, Durna pun meyetujuinya.
Setelah itu sang Durna mencari muridnya Bratasena. Dengan alasan Bratasena  harus mencari Ilmu kasampurnan, ia disuruh mencari ‘KAYU GUNG SUSUHING ANGIN’ di Gunung Candramuka. Tanpa menunggu waktu yang lama, Bratasena langsung berangkat dengan semangatnya.
Sesampainya di lereng gunung ia membabat habis pohon pepohonan di lereng tersebut untuk mencari ‘KAYU GUNG SUSUHING ANGIN’. Tiba-tiba datanglah 2 raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmukala. Mereka mengatakan kepada Bratasena bahwa di daerah ini tidak ada ‘KAYU GUNG SUSUHING ANGIN’. Bratasena tetap teguh kepribadianya. Akhirnya terjadilah peperangan antara Bratasena dengan 2 raksasa tersebut. Peperangan dimenangkan oleh Bratasena. Dan 2 raksasa tadi berubah wujudnya menjadi Dewa Indra dan Dewa Bayu yang telah dikutuk melakukan kesalan di Arcapada. Setelah itu Bratasena diberi Cincin Sesotya Mustika Manik Candrama. Dewa tersebut memberitahukkan ‘KAYU GUNG SUSUHING ANGIN’ yang dimaksudkan adalah sebuah tekad yang besar dan Bratasena sudah memilikinya. Bratasena pun kembali ke Sokalima.
Hasil gambar untuk dewaruci wayangBratasena kembali ke Sokalima, ia mengatakan sudah menemukan ‘KAYU GUNG SUSUHING ANGIN’ karena sudah bertemu dewa Bayu dan Indra bahkan diberi cicin. Guru Durna mengatakan bahwa sesungguhnya ia ingin mengukur seberapa teguhnya hati Bratasena. Untuk mendapatkan ilmu kasampurnan ia belum memenuhi syarat yang terakhir yaitu harus mencari ‘TITRAPAWITRA’ yang berada di dasar Samudra Minang Kalbu.
Saat Bratasena berangkat ia dihadang oleh ibunya Dewi Kunti beserta Puntadewa, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Mereka menghadang agar Bratasena mengurungkan niatnya pergi ke samudra Minang kalbu tersebut. Walaupun dihadang oleh keluarganya sendiri Bratasena tetap dalam keteguhan hatinya tetap melanjutkan perjalanan. Lima langkah telah usai para kadang Bayu, dipimpin oleh Hanuman juga ikut menghadang Bratasena. Namun hadangan tersebut tak berpengaruh terhadap Bratasena, ia tetap melanjutkan perjalanan. Dari semua halangan tersebut telah terbuktinya keteguhan hati sang Bratasena.
Hasil gambar untuk bratasenaLangkah demi langkah, akhirnya Bratasena sampai di tepi samudra. Hatinya berdetak keras melihat samudra yang ganas, ombaknya sampai setinggi bukit. Bratasena langsung menceburkan diri ke samudra tersebut.
Di samudra tersebut ia terombang-ambing, terhempas, dan terseret oleh ombak yang maha dahsyatnya. Tetapi berkat cincin yang diberikan oleh Dewa Bayu dan Indra yaitu Cincin Sesotya Mustika Manik Candrama ia dapat bernafas dalam air dan hatinya menjadi tenang. Tak beberapa lama tiba-tiba datanglah seekor naga yang besar yang langsung menggigit tubuh Bratasena. Akhirnya Bratasena membunuh naga tersebut dan naga tersebut berubah menjadi dewa kerdil yaitu Dewa Ruci.
Hasil gambar untuk dewaruci wayangSaat pertemuan antara Baratasena dengan Dewa Ruci, Bratasena diajari ilmu kasampurnan di dalam tubuh Dewa Ruci. Dan sebenarnya naga yang besar tadi bertujuan untuk mengukur kekuatan batiniah sang Bratasena. Pembelajaran telah usai, Bratasena keluar dengan bentuk yang lebih rapi daripada sebelumnya. Bratasena pun diberi gelar oleh sang Dewa Ruci yaitu Bima suci. Sang Bratasena berubah nama menjadi Bima suci karena elah mendapatkan ilmu kasampurnan. Sang bima disuruh pulang ke Negara Astina.
Akhirnya sang Bima kembali ke daratan. Melihat hal tersebut Kurawa terkejut masih melihat sang Bima masih hidup. Tanpa basa-basi para Kurawa menyerang Sang Bima, tetapi Bima bukan tandinganya lagi bagi para Kurawa maka terhempaslah para kurawa terebut oleh kekuatan Bima.
Sesampai di Astina sang Bima menemui saudaranya para Pendawa dan ibunya, setelah itu mengaturkan doa kepada sang kuasa telah diberi keselamatan.


Unsur intirsik / cerkak
1.  Tema
Perjuangan Bratasena mencari ilmu.
2.  Latar
Tempat: kerajaan Astina, Padepokan Sokalima, gunung candramuka, dan samundra minang kalbu.

Waktu: Pagi hari

Suasana: menegangkan
3.  Tokoh  
1.   Bratasena               
2.   Destarasta              
3.   Sengkuni                   
4.   Duryudana              
5.   Dewa indra & bayu 
6.   Durna
7.   Hanuman
8.   Para pandawa
9.   Para kurawa
10.        Dewi gendari

4.  Alur : maju

5.  Amanat

Kita sebagai isan cendikya harus mengejar ilmu dengan pantang semangat tanpa keraguan di benak kita walau banyak tantangan dan cobaan.  
  
                                      

                Sekian dari saya semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb.


Komentar